LadyBird Journal – Baik di tempat kerja atau kuliah, maupun dalam kehidupan sosial, kita pasti sering mendengar mengenai orang yang perfeksionis. Biasanya, mereka mempunyai goals dan standar tersendiri untuk semua hal yang ada dalam kehidupan mereka. Perfeksionisme dapat menjadi hal yang menguntungkan bagi kita untuk mengembangkan diri dan mencapai apa yang di inginkan dalam hidup.
Tapi apakah perfeksionisme selalu merupakan hal yang baik untuk perkembangan diri dan kesehatan mental kita? Kamu bisa cek di artikel ini untuk tahu sebenarnya perfeksionis itu baik atau buruk.
Lalu sebenarnya apa sih, perfeksionisme itu? Susan Krauss Whitbourne menulis bahwa secara psikologis, perfeksionisme adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, standar yang tinggi bisa memicu untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Akan tetapi di sisi lain, hal yang jarang dibahas oleh banyak orang, perfeksionisme bisa membuat kita menyiksa diri karena kesalahan-kesalahan kecil atau kemunduran yang mungkin kita alami dalam usaha kita untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Kalau begitu, apa saja ciri-ciri dari orang yang perfeksionis? Berikut beberapa hal yang bisa menjadi perhatian kamu untuk mengenali apakah seseorang itu adalah tipe perfeksionis atau bukan.
Cenderung bertindak ekstrim
Individu yang perfeksionis cenderung mempunyai standar yang tinggi dan harus dipenuhi tanpa terkecuali. Jadi mereka lebih mungkin untuk menilai seseorang dengan kata “selalu” atau “tidak pernah”. Mereka juga cenderung untuk bertindak ekstrim, termasuk dalam pengambilan keputusan.
Jarang mencari bantuan
Dengan standar yang tinggi, perfeksionis cenderung tidak meyakini performa orang lain yang mungkin bisa membantunya. Rasanya, hanya dia yang tahu sesempurna apa hasil yang dicari
Standar yang tinggi
Standar yang tinggi pasti diterapkan untuk diri seorang yang perfeksionis, tapi selain itu juga mengharapkan kesempurnaan dari orang lain di sekitarnya. Standar tinggi yang diinginkan membuat perfeksionis menjadi tidak puas dengan orang lain, dan juga dengan diri sendiri.
Kesulitan menyelesaikan sesuatu karena selalu ada hal yang bisa dilakukan lebih baik
Ciri orang perfeksionis lainnya adalah selalu memikirkan hal-hal lain yang bisa disempurnakan, baik selama menyelesaikan tugas atau bahkan setelah selesai. Terpaku dengan hal-hal ini membuatnya terus-menerus tidak yakin apa hal yang sudah diselesaikan sebagai hal terakhir yang bisa hasilkan.
Kesulitan memulai sesuatu yang bukan keahliannya
Salah satu ciri orang perfeksionis lainnya adalah tidak yakin untuk memulai sesuatu, merasa untuk harus mengumpulkan semua informasi yang ada mengenai hal yang akan dilakukan.
Kepercayaan dirimu bergantung pada hasil karyamu
Tidak hanya puas menyelesaikan tugas sesuai dengan standar yang disepakati antara dirinya dan pemberi tugas, tapi juga merasa harus memenuhi standar tinggi sendiri.
Selalu fokus pada kesalahan
Hasil pekerjaan seorang perfeksionis bisa saja memenuhi standar tingginya dan pemberi tugas, tapi kesalahan-kesalahan kecil dan kemunduran yang dialami akan selalu terbayang-bayang bahkan setelah pekerjaan sudah kelar.
Sulit merasa puas
Akan selalu merasa hal yang dilakukan belum cukup dan mungkin akan terus meningkatkan standar sendiri
Sulit untuk merasa sukses
Perasaan puas dan sukses merupakan sesuatu yang sulit dialami dan rasakan, karena perfeksionis selalu sibuk memikirkan dan menyusun hal lain yang bisa dicapai dengan lebih baik lagi.
Referensi:
[1] Boyes, A. (2018, 2 April). How Perfectionists Can Get Out of Their Own Way. Harvard Business Review.
[2] Gnilka, P. B., Ashby, J. S., & Noble, C. M. (2012). Multidimensional perfectionism and anxiety: Differences among individuals with perfectionism and tests of a coping‐mediation model. Journal Of Counseling & Development, 90(4), 427-436. doi:10.1002/j.1556-6676.2012.00054.x
[3] Lombardo, E. (2016, 18 November). 9 Signs that You Might Be a Perfectionist. Psychology Today.
[4] Morin, A. (2015, 12 Agustus). Your Field Guide to the Perfectionist. Psychology Today.
[5] Ruggeri, A. (2018, 21 Februari). The Dangerous Downsides of Perfectionism. BBC.
[6] Smith, A. ( 2010, 1 September). Finding Balance: Enjoy Being Perfectly Imperfect. Psychology Today.
[7] Szymanski, J. (2011, 2 Desember). A Perfectionist’s Dilemma: How to Balance More is Better vs. Diminishing Returns? Psychology Today.
[8] Tabaka, M. (2017, 31 Oktober). 8 Signs You’re A Perfectionist (and Why It’s Toxic to Your Mental Health). Inc.
[9] Thornton, E.R. (2015, 12 Juli). Do You Have Perfectionist Mental Mode? Psychology Today.
[10] Tsaousides, T. (2016, 6 Mei). How to be the Perfect Perfectionist. Psychology Today.
[11] Whitbourne, S.K. (2012, 29 Desember). All Perfectionists are not Created Equal. Psychology Today.
[12] Whitener, S. (2018, 2 Januari). Why Being A Perfectionist Can Hold You Back. Forbes.